Jumat, 31 Mei 2013

Puisi Bercerita pada Hujan


Bercerita pada Hujan

Hujan....
Apakah kamu mau mendengar ceritaku?
Cerita yang tidak berarti bagimu
Namun sangat menusuk hatiku
Habis....
Kepada siapa lagi aku dapat bercerita
Kalau tidak kepadamu?

Hujan....
Terimakasih kau mendengarku
Kau sangat perhatian
Datang disaat yang tepat
Saat aku terlalu khawatir memikirkannya
Yang bahkan aku tak tau apakah ia tau
Tentang rasaku ini
Memang aku yang penakut
Soalnya aku tau,
Mana mungkin ia menanggapiku?

Hujan....
Coba kau bayangkan saja,
Ia ciptaan Tuhan yang begitu sempurna
Dari ujung kaki sampai ujung kepala
Mana mungkin menanggapi bahkan mencintaiku
Yang tak punya apa-apa
Yang tak sebanding dengannya
Hujan, aku berlebihan ya ?
Maafkanku, tapi hanya kau yang mau mendengarku

Hujan....
Kenapa aku seakan tak rela
Saatku melihatnya bersama orang lain
Padahal itu haknya bukan?
Lantas siapa aku ?
Yang ga rela melihatnya bersama orang lain
Padahal ia benar suka pada orang itu
Bukankah beribu-ribu pepatah berucap
Bahwa cinta itu tidak harus memiliki?
Bahwa cinta itu butuh pengorbanan?
Dan kita harus melepas cinta kita untuk orang lain walau kita terluka?
Semua kata-kata itu seakan-akan memupuskan harapanku
Harapan kelak aku bisa bersamanya

Hujan....
Kau tau kenapa aku hanya bercerita kepadamu?
Kenapa tidak orang lain?
Soalnya aku takut,
Takut apabila ia tau akan rasaku
Ia justru diam dan bahkan meninggalkanku
Bisa melihatnya saja aku bahagia
Tapi satu sisi lemahku
Hatiku tetap teremas saat melihatnya bersamanya
Hatiku tak pernah mau ditipu
Berbagai cara aku lakukan
Hanya dia yang bisa meremas hatiku

Hujan....
Trimakasih kau tlah mendengarkanku
Juga jawaban indahmu yang memberiku pengharapan
Pelangi yang turun setelah engkau datang
Memperlihatkanku,
Bahwa akan datang ia yang lain yang bisa meremas hatiku
Di dalam kehidupanku kelak
Ia yang benar-benar milikku bukan miliknya

Kapan-kapan aku cerita lagi ya hujan?

Buono Aji Santoso
Especially for 25-9-1
Read more "Puisi Bercerita pada Hujan..."

Kamis, 30 Mei 2013

Puisi


Menunggu Hujan

Petir menyambar-nyambar kencang
Langit menghitam kala itu
Suara rintikan hujan yang penakut
Membawa banyak pasukannya turun
Untuk membasahi bumi
Mataku tertuju pada sosok-sosok di sekelilingku

Sosok pertama
Lelaki separuh baya
Berpawakan tinggi kurus
Tepat berada di mukaku
“Mas ngapunten nderek ngiyup”
Itulah ucapan dari bibir bekunya
Aku tersenyum kelu
Kataku dalam hati,
Orang ini benar-benar berwibawa
Bagaimana tidak?
Ia mau menyapa dengan sopan  
Orang yang lebih muda darinya

Sosok kedua
Sepasang sejoli yang menjalin cinta
Yang satu tampan dan yang satunya cantik
Serasi sekali mereka
Namun.....
Ada satu hal yang menarik perhatianku
Sebuah pengorbanan cinta tanpa pamrih
Diperlihatkan melalui sikap yang sederhana
Bagaimana tidak?
Lelaki itu memberikan jaketnya kepada wanita itu
Saat wanita itu terlihat diam membeku tersapu hujan

Sosok ketiga
Seorang Ibu yang menggendong erat bayinya
Benar kata pepatah
Kalau kasih Ibu itu sepanjang masa
Bagaimana tidak?
Ia rela merasakan dingin asalkan
Anaknya tidur lelap di pelukannya
Sembari menunggu hujan mereda

Sosok keempat
Dua pemuda berbaju hitam-hitam
Menurutku....
Orang ini tidak sopan
Bagaimana tidak?
Ia melepaskan asap-asap racun dari mulutnya
Tanpa melihat orang-orang disekitarnya

Masih banyak sosok-sosok lain yang ada di sini
Namun diantara kami semua
Ada satu persamaan dari kami
Yaitu sebuah pertanyaan,
TUHAN.... kapan hujan ini reda?


Karya : Buono Aji Santoso
Read more "Puisi..."

Selasa, 14 Mei 2013

Puisi


Basket itu Ibarat Hidup kan?

Bagaikan mencari arti hidup
Andaikata kita bisa, mampu, dan mengerti
Seperti apa filosofi dari permainan ini
Kita akan diantar untuk mengarungi
Eloknya sebuah proses
Tantangan hidup layaknya bermain basket

Ibarat membangun serangan
Tantangan memecah pertahanan lawan
Untuk menguji seberapa kuat dan uletnya kita

Ibarat menunggu sebuah giliran bermain
Bangku cadangan membantu kita tuk berpikir
Akan arahan pelatih yang selalu terucap
Rasanya ingin kita membuktikan kalau kita bisa
Akan tetapi kita harus sadar akan kebutuhan saat itu
Tunggu waktunya tiba,kala mentari tersenyum melihat kita bermain

Hantaman, sikutan lawan tak kita hiraukan
Itulah yang justru menjadi sebuah lecutan untuk semakin semangat
Dari semua tantangan itu, kekalahan adalah momok lawan paling besar
Untuk meluluh-lantakkan semangat juang kita
Patah semangat, berjalan, kemudian berhenti

Kawan, kalau saja kita bisa mengambil pelajaran dari situ dan merenunginya
Akan lahir nantinya sebuah teriakan
Namanya “kemenangan”


Karya : Buono Aji Santoso
*baca huruf awal dari setiap baris*
Read more "Puisi..."
 

Great Morning ©  Copyright by Buono Aji Santoso | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks